
BANDUNG,
itb.ac.id - Keluarga Mahasiswa Teknik Penerbangan (KMPN) ITB kembali
menggelar Indonesian Aerial Robot Contest (IARC), sebuah kontes robot
terbang tak berawak pada Jumat-Minggu (02-04/11/12). Berbeda dengan
IARC tahun sebelumnya, kontes IARC 2012 tak lagi diselenggarakan dalam
ruangan dan menjadi kontes robot terang tak berawak
outdoor pertama
di Indonesia. Berlokasi di Lapangan Udara Sulaiman, Kopo, kontes ini
merupakan acara penutup dari rangkaian IARC 2012 yang telah dibuka
dengan
workshop "Aerobotics and Manufacturing Drones" yang dihelat September silam.
Acara
dibuka dengan kata sambutan dari ketua IARC 2012, Diaddra Pramudito
(Aeronotika dan Astronotika 2010). Menurutnya, kontes IARC 2012
diadakan untuk memasyarakatkan wahana terbang tanpa awak. "Selain itu,
kontes ini juga dapat menjadi wadah inovasi dan kreativitas penggelut
robot terbang dalam memaksimalkan potensi yang dimilikinya," ujarnya.
Hadir pula perwakilan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional,
Bapak Sulistyo Atmadi.

Antusiasme
tinggi masyarakat akan robot terbang terlihat dari banyaknya peserta
yang mendaftar untuk mengikuti kontes ini. Terdapat 30 peserta yang
berasal dari SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Universitas Diponegoro, Universitas Gajah Mada, Institut
Teknologi Telkom, dan peserta-peserta yang berasal dari berbagai daerah
di Indonesia lainnya.

Kontes
dimulai dengan tahap validasi yang merupakan tahap penentuan kelayakan
pesawat. Pada tahap ini diuji kekuatan struktur, kelayakan sistem, dan
simulasi pilot. Setelah lolos tahap validasi, peserta mempresentasikan
karyanya di depan para juri, melakukan uji terbang, dan kemudian
menjalankan misi.

Misi yang dipertandingkan pada kontes kali ini terbagi menjadi 2, yaitu
Payload Dropping Mission untuk kategori SMA dan
Object Identifying Mission untuk kategori Perguruan Tinggi dan Umum. Pada
Payload Dropping, peserta diharuskan menjatuhkan 3 muatan berisi beras seberat 125 gram pada
dropping point yang telah ditentukan. Sedangkan pada
Object Identifying,
peserta diwajibkan untuk melakukan survei udara ke daerah yang telah
ditentukan, lalu mengidentifikasi objek yang ada di daerah tersebut.
Telah banyak peserta yang memanfaatkan teknologi-teknologi canggih pada misi
Object Identifying
kategori umum. Tim Aerobotik.com dari Lampung misalnya, berhasil
memanfaatkan wahana Quadcopter dengan modul autonomous menggunakan GPS
Waypoint System. Dengan teknologi-teknologi canggih ini, berhasil
diidentifikasi bentuk objek yang ada dengan sistem kamera yang
mengudara.

Tim SAFT dari SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo keluar sebagai juara pertama dalam
Payload Dropping Mission untuk kategori SMA, sementara Tim APTRG QC dari IT Telkom berhasil menyabet juara umum dalam
Object Identifying Mission.
"Dengan
diselenggarakannya kontes ini, semoga dunia dirgantara Indonesia dapat
semakin terpacu untuk menguasai berbagai teknologi yang dapat memenuhi
kebutuhan pengaplikasian teknologi pada berbagai instrumentasi dalam
negeri, khususnya pada bidang kedirgantaraan," tutup Diaddra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar