Tank dan Heli, Suriah Tewaskan 200 Orang
Tentara
Suriah dilaporkan menggunakan tank dan helikopter untuk membantai lebih
dari 150 orang di Provinsi Hama, kata Pemantau Hak Asasi Manusia
Suriah, Kamis (12/7/2012). Sementara itu seorang pemimpin pemberontak
mengatakan korban tewas dalam serangan itu lebih dari 200 orang.
Tentara pemerintah membombardir Desa
Treimsa dengan tank dan helikopter, menurut organisasi itu. Menurut
ketuanya, Rami Abdel Rahman, 30 jenazah sudah bisa dikenali.
Pemimpin pemberontak di wilayah utara,
Abu Mohamad, mengatakan pada AFP serangan itu menewaskan lebih dari 200
warga desa tersebut. Abu Mohamad yang melakukan kontak dengan warga
Treimsa, mengatakan, tentara pemerintah berada di bukit-bukit beberapa
kilometer dari desa mereka.
Tentara dan milisi pro-rezim Shabiha
memastikan warga desa tidak bisa keluar, menyerang Treimsa pada “Kamis
dari pukul 11.00 siang dan selesai pada pukul 21.00″, menurut Abu
Mohamad.
Namun menurut seorang aktivis di Hama,
yang mengaku bernama Abu Ghazi, yang berbicara dengan AFP melalui
Skype, bombardir tentara pemerintah itu dimulai lebih awal, yakni
sekitar pukul enam pagi.
“Kemudian diikuti pertempuran dengan
pejuang Tentara Pembebasan Suriah (FSA), tapi kekuatan FSA di Treimsa
tidak bebas sehingga tidak bisa bertarung lebih lama,” jelas Abu Ghazi.
“Jumlah orang yang tewas sangat besar
karena tentara menyerang sebuah masjid yang menjadi tempat berlindung
banyak orang, untuk merawat orang yang terluka dan berlindung dari
bom,” lanjutnya.
“Tapi tampaknya rezim benar-benar tidak
tahu batas. Masjid itu digempur hingga ambruk dan menewaskan
orang-orang yang berlindung di dalamnya.”
Menurut Abu Ghazi, desa berpenduduk sekitar 7.000 orang itu kini kosong. “Orang-orang meninggal atau melarikan diri.”
Sementara seorang aktivis lainnya,
Ibrahim, mengatakan, hampir 30 kendaraan militer mengepung desa itu.
“Tidak ada satupun jalan keluar. Orang yang berusaha menyelamatkan diri
melalui ladang langsung ditembak,” tuturnya.
Begitu gempuran bom tentara berhenti,
milisi shabiha dari desa-desa suku Alawi di sekitarnya memasuki
Treimsa. “Setelah penggempuran, tentara masuk desa dengan persenjataan
yang lebih ringan, diikuti milisi shabiha yang membawa pisau,” Ibrahim
mengisahkan.
“Pergulatan di desa yang ditaklukkan
itu benar-benar sengit,” katanya. “Keluarga-keluarga dihabisi. Selama
beberapa jam terjadi pertempuran jalanan.”
Treimsa terletak dekat Qubeir, di mana
sedikitnya 55 orang tewas pada 6 Juli lalu, menurut Pemantau HAM
Suriah. Seperti Qubeir, Treimsa juga didominasi warga Sunni yang
terletak dekat desa-desa Alawi.
Presiden Bashar al-Assad berasal dari komunitas Alawi, sebuah sempalan Syiah, sementara mayoritas penduduk Suriah adalah Sunni.
Laporan berbeda disampaikan oleh kantor
berita pemerintah SANA yang mengatakan terjadi pertempuran antara
tentara dengan “teroris” bersenjata di sebuah desa. Namun SANA tidak
menyebut terjadinya pembantaian ataupun jumlah korbant tewas.
“Ada korban jiwa yang cukup besar di
kalangan teroris,” kata SANA, yang menambahkan ada tiga tentara tewas
dalam pertempuran itu.
Pembantaian di Treimsa itu menimbulkan
amarah berbagai pihak. Salah satunya ketua Dewan Nasional Suriah (SNC),
Abdel Basset Sayda, yang menyerukan resolusi PBB yang tegas yang
membolehkan intervensi militer terhadap rezim Damaskus.
“Ini pembantaian yang dilakukan rezim
Suriah,” katanya kepada Al Jazeera. “Sangat memalukan bagi Dewan
Keamanan PBB dan Liga Arab.”
“Yang kami inginkan adalah resolusi
yang jelas dan tepat sasaran di bawah Pasal VII Piagam PBB yang membuka
semua opsi, termasuk penggunaan senjata. Rezim Suriah ini hanya
mengerti bahasa kekerasan,” papar Sayda.
Sementara itu Abu Ghazi mengatakan,
dengan Idlib di timur laut, Homs di tengah, dan sebagaian wialyah
Aleppo di utara sudah berada “di luar kendali, rezim berusaha
mencengkeram Hama.”
“Hama adalah pusat Suriah dan menjadi
satu penghubung dari rantai provinsi dengan sentimen anti-rezim sangat
kuat; rezim ini akan melalukan apapun untuk mengendalikannya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar